Mengenai Saya

Foto saya
seorang mahasiswa sebuah Universitas ternama di Kuningan.

Jumat, 04 November 2011

Teori Motivasi Hubungannya dengan Kinerja Individu

Teori Motivasi Hubungannya dengan Kinerja Individu



Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada
mata kuliah Perilaku Organisasi
Dosen Pembimbing : Asep Budi Hartono, S.Pd.













Disusun Oleh :
Nama : Dudi Nurdiyansah
Tingkat/Prodi : III.C / Pend. Ekonomi



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KUNINGAN
2011 / 2012

------------------------------------------------------------------------------------

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT kami ucapkan atas selesainya makalah ini yang berjudul “Motivasi Hubungannya dengan Kinerja Karyawan”. Tanpa rahmat, ridho dan kasih sayang serta petunjuk dari-Nyalah mustahil makalah ini dapat dirampungkan.
Makalah ini tersusun atas dasar untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Perilaku Oeganisasi, serta atas dorongan motivasi kepada rekan-rekan yang diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan serta dapat mengamalkan nilai-nilai dan ilmu-ilmu yang terdapat didalamnya yang khususnya dalam pengetahuan mengenai Motivasi dan Hubungannya dengan kinerja karyawan.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak khususnya kepada Bapak.Asep Budi Hartono,S. Pd. sebagai Dosen Pembimbing Mata Kuliah Perilaku Organisasi, serta tidak lupa kepada rekan-rekan yang telah memotivasi dan mendukung kami.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini, kita semua khususnya para mahasiswa mendapat manfaat ilmu dan menambah pengetahuan serta dapat mengaplikasikan ajaran-ajaran serta pengetahuan yang didapat didalam kehidupan sehari-hari.
Akhirnya, sesuai dengan kata pepatah “tiada gading yang tak retak” dan begitu pula kami menyadari bahwa dalam penulisan maupun pengumpulan data masih sangat kurang serta jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca, khususnya yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr. wb.


Kuningan, Oktober 2011




Penyusun




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan Makalah 2
D. Manfaat Penulisan Makalah 2

BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Motivasi 3
B. Motivasi sebagai Dorongan Internal dan Eksternal 4
C. Teori Motivasi 5
D. Proses Motivasi 10
E. Hubungan Motivasi dengan Unjuk Kerja 10

BAB III PENUTUP 13
A. Kesimpulan 13
B. Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15



------------------------------------------------------------------------------------


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya, baik perusahaan yang bergerak dibidang pabrikan maupun jasa akan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Satu hal yang harus diperhatikan bersama yaitu bahwa keberhasilan berbagai aktivitas didalam perusahaan dalam mencapai tujuan bukan hanya tergantung pada keunggulan teknologi, dana operasi yang tersedia, sarana ataupun prasarana yang dimiliki, malainkan juga tergantung pada aspek sumber daya manusia. Faktor sumber daya manusia ini merupakan elemen yang harus diperhatikan oleh perusahaan, terutama bila mengingat bahwa era perdagangan bebas akan segera dimulai, dimana iklim kompetisi yang dihadapi akan sangat berbeda. Hal ini memaksa setiap perusahaan harus dapat bekerja dengan lebih efisien, efektif dan produktif. Tingkat kompetisi yang tinggi ini akan memacu tiap perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan persaingan yang tinggi yang dalam hal ini berarti perusahaan harus memberikan perhatian pada aspek sumber daya manusia. Jadi manusia dapat
- dipandang sebagai faktor penentu karena ditangan manusialah segala inovasi akan direalisir dalam upaya mewujudkan tujuan perusahaan.
Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang diharapkan organisasi dapat memberikan andil positif terhadap semua kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuannya, setiap karyawan diharapkan memiliki motivasi kerja yang tinggi yang diharapkan nantinya akan meningkatkan disiplin kerja yang tinggi. Motivasi merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh pihak manajemen bila mereka menginginkan setiap karyawan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pencapaian tujuan perusahaan, karena dengan motivasi, seorang karyawan akan memiliki semangat yang tinggi dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Tanpa motivasi, seorang karyawan tidak dapat memenuhi tugasnya sesuai standar atau bahkan melampaui standar karena apa yang menjadi motif dan motivasinya dalam bekerja tidak terpenuhi. Sekalipun seorang karyawan memiliki kemampuan operasional yang baik bila tidak memiliki motivasi dalam bekerja, hasil akhir dari pekerjaannya yang tidak memuasakan.
Sehubungan dengan hal diatas, maka motivasi merupakan masalah yang sangat penting dalam suatu perusahaan, karena dapat meningkatkan disiplin kerja karyawan. Sehingga kemampuan manajemen dalam memberikan motivasi akan sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam pencapian tujuan perusahaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Motivasi ?
2. Apa yang dimaksud dengan motivasi sebagai dorongan Internal ?
3. Apa yang dimaksud dengan motivasi sebagai dorongan External ?
4. Apa yang dimaksud teori pemenuhan kebutuhan ?
5. Bagaimana Proses dalam motivasi ?
6. Bagaimana Hubungan Motivasi dengan unjuk kerja (kinerja) ?

C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Motivasi ?
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan motivasi sebagai dorongan Internal ?
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan motivasi sebagai dorongan External ?
4. Mengetahui apa yang dimaksud teori pemenuhan kebutuhan ?
5. Mengetahui bagaimana Proses dalam motivasi ?
6. Mengetahui bagaimana Hubungan Motivasi dengan unjuk kerja (kinerja) ?

D. Manfaat Penulisan Makalah
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Motivasi ?
2. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan motivasi sebagai dorongan Internal ?
3. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan motivasi sebagai dorongan External?
4. Dapat mengetahui apa yang dimaksud teori pemenuhan kebutuhan ?
5. Dapat mengetahui bagaimana Proses dalam motivasi ?
6. Dapat mengetahui bagaimana Hubungan Motivasi dengan unjuk kerja (kinerja) ?








BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan keinginan, hasrat motor penggerak dalam diri manusia, motivasi berhubungan dengan faktor psikologi manusia yang mencerminkan antara sikap, kebutuhan, dan kepuasan yang terjadi pada diri manusia sedangkan daya dorong yang diluar diri seseorang ditimbulkan oleh pimpinan. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerjasama secara produktif sehingga dapat mencapai dan mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung prilaku manusia supaya mau bekerja sama secara giat sehingga mencapai hasil yang optimal. Suatu perusahaan dapat berkembang dengan baik dan mampu mencapai tujuannya, karena didasari oleh motivasi.
Untuk lebih jelasnya mengenai pembahasan tentang motivasi, berikut pengertian motivasi menurut beberapa para ahli manajemen sumber daya manusia diantaranya :
- T. Hani Handoko ( 2003:252), mengemukakan bahwa motivasi adalah : “Keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan”.
- H. Hadari Nawawi (2003:351), pengertian dari motivasi adalah : “Suatu keadaan yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar”.
- A. Anwar Prabu Mangkunegara (2002:95), mengatakan mengenai motivasi adalah : “kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara prilaku yang berubungan dengan lingkungan kerja”.
Dari pengertian-pengertian motivasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat mencapai tujuannya.
Menurut Peterson & Plowman yang dikutip oleh Drs. H. Malayu S.P Hasibuan (2003:142) mengatakan bahwa orang mau bekerja karena hal-hal sebagai berikut : The Desire to Live (keinginan untuk hidup), dimana manusia bekerja untuk memenuhi dan melanjutkan hidupnya. The Desire For Position (Keinginan untuk suatu posisi), dimana manusia bekerja untuk mendapatkan posisi dalam pekerjaannya. The Desire For Power (Keinginan akan kekuasaan), keinginan selangkah diatas keinginan untuk memiliki posisi. The Desire For Recognation (Keinginan akan penghargaan), setiap pegawai memiliki motif keinginan dan kebutuhan tertentu dan mengharapkan kepuasan dari hasil kerjanya.
Uraian diatas mempunyai pengertian yang sama, yaitu kesemuanya mengandung unsur dorongan dan keinginan serta maksut dan tujuan. Dengan demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi merupakan dorongan datang dari luar atau dalam diri seseorang dalam usahanya dalam memenuhi kebutuhan, mendapatkan posisi dalam pekerjaannya, memperoleh kekuasaan dan memperoleh kepuasan dari hasil kerjanya. Namun dalam penerapan nanti, penggunaan masing-masing unsur tersebut adalah berbeda un tuk setiap pegawai, sesuai kebutuhannya dan keinginannya masing-masing.

B. Motivasi sebagai Dorongan Internal dan Eksternal
1. Motivasi sebagai Dorongan Internal
Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang. Keperluan dan keinginan yang ada dalam diri seseorang akan menimbulkan motivasi internalnya. Kekuatan ini akan mempengaruhi pikirannya yang selanjutnya akan mengarahkan perilaku orang tersebut.
Penggolongan motivasi internal memang belum disepakati bersama oleh para ahli tetapi lazimnya motivasi internal dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Fisiologis yang merupakan motivasi alamiah seperti rasa lapar, haus, dll
2. Psikologis yang dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori dasar yaitu:
- Kasih sayang, motivasi untuk menciptakan kehangatan,keharmonisan, kepuasan batin/emosi dalam berhubungan dengan orang lain.
- Mempertahankan diri, untuk melindungi kepribadian,menghindari luka fisik dan psikologis, menghindari dari rasa malu dan ditertawakan orang serta kehilangan muka, mempertahankan gengsi dan mendapatkan kebanggaan diri.
- Memperkuat diri, mengembangkan kepribadian, berprestasi, mendapatkan pengakuan dari orang lain, memuaskan diri dengan penguasaannya terhadap orang lain.

2. Motivasi sebagai Dorongan External
Memang motivasi eksternal tidak dapat dilepaskan dari motivasi internal. Teori motivasi eksternal menjelaskan kekuatan-kekuatan yang ada di dalam individu yang dipengaruhi oleh faktor intern. Motivasi eksternal biasanya dipahami sebagai usaha untuk mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Misalnya dalam organisasi bagaimana bawahan memimpin anak buahnya/ bawahan atau anggota.

C. Teori Motivasi
Motivasi sebagai kegiatan manajemen banyak menarik perhatian para ahli. Disatu pihak motivasi dianggap penting, sedangkan dipihak lain motivasi dirasakan sulit bagi para pemegang pimpinan. Dikatakan penting sebab bagi seorang pimpinan sikadakan berhasil dalam menggerakan bawahannya, sewaktu menciptakan motivasi yang tepat bagi bawahan. Sedangakan dirasakan sulit bagi pimpinan karena untuk mengamati dan mengukur motivasi setiap bawahan belun ada kriterianya :
1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs)/mempertahankan hidup, seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs) berupa kemanan dimana manusia itu berada, keamanan harta, perlakuan yang adi, tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan sosial (social needs);persahabatan, kasih sayang, dan keakraban (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status seperti disegani, dihargai, dihormati, dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
- Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
- Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
- Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.

2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”
Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

3. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)
Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :
- Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya;
- Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
- Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.

4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik

5. Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
- Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
- Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :
- Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;
- Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri;
- Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis;
- Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai
Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas di bagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi lain.

D. Proses Motivasi
Proses motivasi berawal dari adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi
sehingga menciptakan ketegangan yang menimbulkan dorongan-dorongan
dalam diri seseorang. Dorongan-dorongan ini menimbulkan upaya
pencarian guna memenuhi atau memuaskan kebutuhan, pada akhirnya
tekanan yang dirasakan menurun. Pada saat tekanan menurun, maka
motivasi juga menurun. Karena itu, tekanan-tekanan yang proporsional
harus dilakukan secara kontinyu agar dorongan untuk bertindak selalu
hidup dalam diri seseoran.
Secara individual, upaya motivasi bisa dilakuan melalui upaya-upaya
mengontrol, menilai lalu memotivasi diri sendiri. Namun, ada kalanya
kesadaran untuk memotivasi diri tidak muncul dalam diri seseorang,
karena itu diperlukan motivasi eksternal yang bisa berasal dari
atasa, keluarga, rekan sejawat, guru dan lainnya.

E. Hubungan Motivasi dengan Unjuk Kerja
Untuk memperoleh pegawai yang memiliki kemampuan dan keterampilan serta semangat kerja yang tinggi, sehingga kualitas dan kedisiplinan kerja meningkat, perlu adanya suatu upaya seorang pemimpin. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas dan kedisiplinan kerja tersebut adalah melalui pemberian motivasi.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang motivasi, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Motivasi merupakan suatu proses psikologi yang mencerminkan antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang dan motivasi merupakan sebuah proses psikologi yang timbul karena diakibatkan oleh faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, hal ini timbul karena rangsangan atau insentif.
Menurut Ranupandojo dan Husnan, mengemukakan 10 prinsip yang harus dilakukan oleh pimpinan dalam memberikan motivasi kepada para bawahannya berupa :
1. Upah atau Gaji yang layak
2. Pemberian insentif
3. Memperhatikan rasa harga diri
4. Memenuhi kebutuhan rohani
5. Memenuhi kebutuhan berpartisipasi
6. Menempatkan pegawai pada tempat yang tepat
7. Menimbulkan rada aman dimasa depan
8. Memperhatikan lingkungan tempat kerja
9. Memperhatikan kesempatan untuk maju
10. Menciptakan persaingan yang sehat
Untuk itu motivasi dapat dikatakan sebagai suatu pemberian pengarahan, dorongan atau semangat kepada para karyawan agar mampu bekerja sesuai dengan tujuan yang diharapkan, demi tercapainya tujuan organisasi dalam suatu perusahaan dengan efektif dan efisien.
Kedisiplinan adalah fungsi operatif keenam dari Manajemen Sumber Daya Manusia. Kedisiplinan ini merupakan fungsi operatif MSDM yang terpenting, karena semakin baik disiplin karyawan, maka akan semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan untuk mencapai hasil yang optimal.
Definisi disiplin kerja yang dikemukakan oleh Nitisemito (1991 : 199) adalah sebagai berikut : Disiplin kerja adalah sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik yang tertulis maupun tidak tertulis”
Disiplin kerja menurut Hani Handoko (1990 : 153) adalah sebagai berikut: “Disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasi” Hani Handoko (1990 : 153-154) juga mengemukakan bahwa ada dua tipe kegiatan pendisiplinan yaitu :
1. Displin Preventif
Kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawannya untuk mengikuti berbagai standar dan aturan sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah

2. Disiplin Korektif
Kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran lebih lanjut .
Disiplin menurut Heri Simamora (1995 : 565) sebagai berikut : ”Bentuk pengendalian diri karyawan, dan pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan kesungguhan tim kerja. Jadi pada dasarnya kedisiplinan kerja adalah fungsi operatif MSDM yang terpenting dan menjadi tolak ukur untuk mengukur atau mengetahui, apakah fungsi-fungsi MSDM lainnya secara keseluruhan telah dilaksanakan dengan baik atau tidak oleh perusahaan.

























BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa :
- motivasi merupakan dorongan datang dari luar atau dalam diri seseorang dalam usahanya dalam memenuhi kebutuhan, mendapatkan posisi dalam pekerjaannya, memperoleh kekuasaan dan memperoleh kepuasan dari hasil kerjanya.
- Morivasi ada dua jenis, yaitu motivasi internal (dari dalam diri sendiri) dan motivasi eksternal (dari luar diri orang tersebut).
- Teori kebutuhan dalam motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs)/mempertahankan hidup, seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs) berupa kemanan dimana manusia itu berada, keamanan harta, perlakuan yang adi, tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan sosial (social needs);persahabatan, kasih sayang, dan keakraban (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status seperti disegani, dihargai, dihormati, dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
- Proses motivasi berawal dari adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi
sehingga menciptakan ketegangan yang menimbulkan dorongan-dorongan
dalam diri seseorang. Dorongan-dorongan ini menimbulkan upaya
pencarian guna memenuhi atau memuaskan kebutuhan, pada akhirnya
tekanan yang dirasakan menurun. Pada saat tekanan menurun, maka
motivasi juga menurun. Karena itu, tekanan-tekanan yang proporsional
harus dilakukan secara kontinyu agar dorongan untuk bertindak selalu
hidup dalam diri seseoran
- Untuk memperoleh pegawai yang memiliki kemampuan dan keterampilan serta semangat kerja yang tinggi, sehingga kualitas dan kedisiplinan kerja meningkat, perlu adanya suatu upaya seorang pemimpin. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas dan kedisiplinan kerja tersebut adalah melalui pemberian motivasi.

Saran
Setiap perusahaan menginginkan agar karyawan mau bekerja sesuai dengan aturan yang berlaku dan disiplin dalam bekerja, sehingga perusahaan dituntut untuk mampu memberikan motivasi kepada karyawannya untuk bekerja sesuai aturan dan disiplin yang dimaksud agar sesuai dengan yang diharpkan sebelumnya, tapi tidak semua perusahaan berhasil dalam melaksanakan hal tersebut. Oleh karena itu kita harus bisa menentukan cara-cara dan metode yang cerdas dalam rangka meningkatkan kinerja karyawan. Dengan mempergunakan tolak ukur dari beberapa teori motivasi dan pengertinya motivasi itu sendiri barangkali setiap perusahaan atau lembaga bisa mengimpelementasikannya.





















DAFTAR PUSTAKA

http:/akhmadsudrajat.wordpress.com/hubungan-motivasi-dengan-kinerja/
http://supiansodik.blogspot.com/2009/05/hubungan-motivasi-dengan-kinerja.html
httpwww.scribd.comdoc5194141910Gambar-2-Proses-Motivasi-Kartonego-1994-127
http://groups.yahoo.com/group/manajemen/message/15342
Ida_fikomumb@ yahoo.com
http://cokroaminoto.wordpress.com/2007/05/23/meningkatkan-kinerja-karyawan-1/
http://prohumancapital.blogspot.com/2008/07/aktualisasi-teori-motivasi-abraham.html
http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/motivasi

My Life







































Selasa, 19 Oktober 2010

Makalah Pelatihan MSDM

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.      
Alhamdulillahirabbil’alamin  puji syukur ke hadirat Allah SWT kami ucapkan atas selesainya makalah Manajemen Sumber Daya Manusia mengenai “Pelatihan / Training”. Tanpa rahmat, ridho dan kasih sayang serta petunjuk dari-Nyalah mustahil makalah ini dapat dirampungkan.
            Makalah ini tersusun atas dasar untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia, serta atas dorongan, motivasi kepada rekan-rekan yang diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan serta dapat mengamalkan nilai-nilai dan ilmu-ilmu yang terdapat didalamnya yang khususnya dalam bidang pelatihan / training.
            Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak khususnya kepada Ibu Yeyen Suryani, M. Pd. sebagai Dosen Pembimbing Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia, dan tidak lupa kepada rekan-rekan yang telah memotivasi dan mendukung kami dalam tersusunnya makalah ini.
            Semoga dengan tersusunnya makalah ini, kita semua khususnya para mahasiswa mendapat manfaat ilmu dan menambah pengetahuan serta dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu serta pengetahuan yang didapat didalam kehidupan sehari-hari.
            Akhirnya, sesuai dengan kata pepatah “tiada gading yang tak retak” dan begitu pula kami menyadari bahwa dalam penulisan maupun pengumpulan data masih sangat kurang serta jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca, khususnya yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr. wb.


Kuningan,  Oktober 2010




Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I       PENDAHULUAN
                  A.    Latar Belakang Masalah
                  B.     Rumusan Masalah
                  C.     Tujuan
                  D.    Manfaat

BAB II      PEMBAHASAN
                  A.    Definisi Pelatihan
                  B.     Tujuan Pelatihan
                  C.     Alasan Pentingnya Diadakan Pelatihan
                  D.    Manfaat Pelatihan
                  E.     Jenis-jenis Pelatihan 
                  F.      Metoda-Metoda Pelatihan
                  G.    Proses Pelatihan
                  H.    Potret Suasana Kegiatan Suatu Pelatihan

BAB III    PENUTUP
                  A.    Simpulan
                  B.     Saran

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
 A.      Latar Belakang Masalah
Tekanan kompetitif yang ada saat ini menuntut organisasi untuk merekrut karyawan yang memiliki pengetahuan dan ide cemerlang, keterampilan, dan kemampuan yang dapat memberikan hasil maksimal. Seiring persaingan dan perubahan yang terjadi dalam organisasi, pelatihan menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Para karyawan yang harus beradaptasi terhadap berbagai perubahan yang dihadapi organisasi harus dilatih secara terus-menerus dengan tujuan untuk memelihara dan memperbarui kapabilitas mereka. Disamping itu, para manajer harus mempunyai pelatihan dan pengembangan pengembangan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan kepemimpinan mereka. Dalam sejumlah situasi, para pemberi kerja telah mendokumentasikan bahwa pelatihan yang efektif akanb menghasilkan peningkatan produktifitas yang lebih banyak dari sekadar menutup biaya pelatihan.
Namun dalam kenyataannya masih saja terdapat suatu perusahaan / organisasi yang belum memahami betul apa yang dimaksud dan manfaat dari sebuah pelatihan. Padahal dengan mengadakan suatu pelatihan yang baik itu justru akan menguntungkan perusahaan / organisasi yang dipimpinnya.
Mengingat dan menimbang dari uraian diatas tentang pentingnya sebuah pelatihan bagi perusahaan / organisasi, dan sehubungan dengan masih saja ada perusahaan / organisasi yang kurang memahami pentingnya pelatihan. Maka, selain untuk memenuhi tugas mata kuliah, penyusun merasa tergugah hatinya untuk menyusun suatu makalah tentang Pelatihan / Training dengan harapan semoga dapat menambah pengetahuan dan ilmu-ilmu khususnya dalam peningkatan dan pengembangan Sumber Daya Manusia.

B.                 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang kami bahas dalam makalah ini diantaranya yaitu :
1)      Apa yang dimaksud dengan  Pelatihan ?
2)      Apa saja tujuan dari diadakannya Pelatihan ?
3)      Apa Saja alasan pentingnya diadakan Pelatihan ?
4)      Apa saja manfaat dari Pelatihan ?
5)      Apa saja jenis-jenis dari Pelatihan ?
6)      Apa saja metoda-Metoda Pelatihan  ?
7)      Bagaimana proses Pelatihan ? dan
8)      Bagaimana Suasana Kegiatan Suatu Pelatihan ?

C.                Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini diantaranya yaitu.
1)      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan  Pelatihan.
2)      Untuk mengetahui  apa saja tujuan dari diadakannya Pelatihan.
3)      Untuk mengetahui apa saja alasan pentingnya diadakan Pelatihan.
4)      Untuk mengetahui apa saja manfaat dari Pelatihan.
5)      Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis dari Pelatihan.
6)      Untuk mengetahui apa saja metoda-metoda Pelatihan .
7)      Untuk mengetahui bagaimana proses Pelatihan.
8)      Untuk mengetahui bagaimana Suasana Kegiatan Suatu Pelatihan.

D.                Manfaat
1)      Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan  Pelatihan.
2)      Dapat mengetahui apa saja tujuan dari diadakannya Pelatihan.
3)      Dapat mengetahui apa saja alasan pentingnya diadakan Pelatihan.
4)      Dapat mengetahui apa saja manfaat dari Pelatihan.
5)      Dapat mengetahui apa saja jenis-jenis dari Pelatihan.
6)      Dapat mengetahui apa saja metoda-Metoda Pelatihan .
7)      Dapat mengetahui bagaimana proses Pelatihan.
8)      Dapat mengetahui bagaimana Suasana Kegiatan Suatu Pelatihan.



BAB II
PEMBAHASAN

A.                Definisi Pelatihan
Ø      Secara Umum
Pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya aparatur, terutama untuk peningkatan profesionalime yang berkaitan dengan, keterampilan administrasi dan keterampilan manajemen (kepemimpinan). Sebagaimana yang dikemukakan oleh Soekijo (1999:4) bahwa untuk meningkatkan kualitas kemampuan yang menyangkut kemampuan kerja, berpikir dan keterampilan maka pendidikan dan pelatihan yang paling penting diperlukan.
Ø      Menurut Para Ahli
·          Menurut Yeyen Suryani dalam blog nya menjelaskan bahwa, “ Pelatihan adalah Suatu proses dimana para pegawai/karyawan mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai  tujuan organisasi”.
·      Menurut Robert L. Mathis – John H. Jackson dalam bukunya “Human Resource Management” menjelaskan bahwa “ Pelatihan (training) adalah sebuah proses dimana orang mendapatkan kapabilitas untuk membantu pencapaian tujuan-tujuan operasional”.
·        Gary Dessler (1997 : 263) adalah “Proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka”.
·       Sedangkan menurut John R. Schermerhorn, Jr (1999 : 323), pelatihan merupakan “Serangkaian aktivitas yang memberikan kesempatan untuk mendapatkan dan meningkatkan ketrampilan yang berkaitan dengan pekerjaan”.

B.                Tujuan Pelatihan
Tujuan dasar dari pelatihan  adalah  menutup kesenjangan antara kompetensi yang diinginkan dengan kompetensi yang ada. Kompetensi yang diinginkan bisa saja berarti saat ini atau masa mendatang dalam kaitan dengan rencana strategis organisasi.  Inilah sebetulnya yang harus menjadi pijakan dalam membuat program pelatihan. Bukan sekedar memenuhi persyaratan ISO-9001 atau lainnya, tetapi untuk menutup kesenjangan kompetensi.
Tujuan umum pelatihan sebagai berikut :
1)      untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif,
2)      untuk mengembangkan  pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional, dan
3)      untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan teman-teman pegawai dan dengan manajemen (pimpinan).
Ø      Menurut Moekijat (1991:55) tujuan umum dari pada pelatihan adalah:
a)      Untuk mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif.
b)      Untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional.
c)      Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kerja sama dengan teman-teman pegawai dan pimpinan.

C.                Alasan Pentingnya Diadakan Pelatihan
Kebutuhan pelatihan dapat muncul karena:
·         Diperlukan untuk memecahkan suatu masalah
·         Diperlukan dalam kerangka rencana strategis perusahaan
·         Diperlukan untuk memenuhi standar kompetensi untuk karyawan baru, karyawan yang dirotasi ataupun yang dimutasi.
Dalam pemecahan  masalah, misalnya terkait mutu maupun produktifitas, tentu tidak serta merta pelatihan dibutuhkan. Organisasi harus mencari akar penyebab dari masalah. Apakah karena alat? karena prosedur yang tidak layak? karena material? atau karena orang? Bila karena orang, harus digali lagi apakah karena 'lack of skill' atau 'lack of will'? Bila karena lack of skill, apakah perlu mengganti orangnya atau meningkatkan skill-nya? Pelatihan dibutuhkan bila penyebabnya adalah 'orang' terkait dengan 'skill' dan diputuskan untuk meningkatkan skill ketimbang mengganti orang.
Dalam rencana strategis, organisasi mungkin memutuskan akan menggunakan suatu teknologi baru, menerapkan sistem baru, kosep baru atau mungkin produk baru, mengembangkan pasar yang lebih luas dan sebagainya. Pengembangan kompetensi sumber daya manusia tentu harus selalu menjadi bagian di dalamnya.
Pada penerimaan karyawan baru, rotasi ataupun mutasi, pelatihan dibutuhkan bila kompetensi karyawan masih belum mencapai standar kompetensi yang diinginkan.
Menurut Hariandja (2002 : 168), ada beberapa alasan penting untuk mengadakan pelatihan, yaitu:
a)     Karyawan yang baru direkrut sering kali belum memahami secara benar bagaimana melakukan pekerjaan.
b)     Perubahan – perubahan lingkungan kerja dan tenaga kerja. Perubahan – perubahan disini meliputi perubahan – perubahan dalam teknologi proses seperti munculnya teknologi baru atau munculnya metode kerja baru. Perubahan dalam tenaga kerja seperti semakin beragamnya tenaga kerja yang memiliki latar belakang keahlian, nilai, sikap yang berbeda yang memerlukan pelatihan untuk menyamakan sikap dan perilaku mereka terhadap pekerjaan.
c)   Meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki produktivitas. Saat ini daya saing perusahaan tidak bisa lagi hanya dengan mengandalkan aset berupa modal yang dimiliki, tetapi juga harus sumber daya manusia yang menjadi elemen paling penting untuk meningkatkan daya saing sebab sumber daya manusia merupakan aspek penentu utama daya saing yang langgeng.
d)    Menyesuaikan dengan peraturan – peraturan yang ada, misalnya standar pelaksanaan pekerjaan yang dikeluarkan oleh asosiasi industri dan pemerintah, untuk menjamin kualitas produksi atau keselamatan dan kesehatan kerja.
 
D.                   Manfaat Pelatihan
Ø      Menurut Soeprihanto (1997:24). Manfaat yang diperoleh dari latihan kerja yang dilaksanakan oleh setiap organisasi perusahaan menurut antara lain:
a.      Kenaikan produktivitas.
      Kenaikan produktivitas baik kualitas maupun kuantitas. Tenaga kerja dengan program latihan diharapkan akan mempunyai tingkah laku yang baru, sedemikian rupa sehingga produktivitas baik dari segi jumlah maupun mutu dapat ditingkatkan.
b.      Kenaikan moral kerja.
Apabila penyelenggara latihan sesuai dengan tingkat kebutuhan yang ada dalam organisasi perusahaan, maka akan tercipta suatu kerja yang harmonis dan semangat kerja yang meningkat.
c.       Menurunnya pengawasan.
Semakin percaya pada kemampuan dirinya, maka dengan disadarinya kemauan dan kemampuan kerja tersebut, para pengawas tidak terlalu dibebani untuk setiap harus mengadakan pengawasan.
d.      Menurunnya angka kecelakaan.
Selain menurunnya angka pengawasan, kemauan dan kemampuan tersebut lebih banyak menghindarkan para pekerja dari kesalahan dan kecelakaan.
e.       Kenaikan stabilitas dan fleksibilitas tenaga kerja.
Stabilitas disini diartikan dalam hubungan dengan pergantian sementara karyawan yang tidak hadir atau keluar.
f.       Mengembangkan pertumbuhan pribadi.
Pada dasarnya tujuan perusahaan mengadakan latihan adalah untuk memenuhi kebutuhan organisasi perusahaan, sekaligus untuk perkembangan atau pertumbuhan pribadi karyawan.
Ø  Siagian (1996) menyebutkan manfaat diadakannya program diklat menjadi dua, adalah :
a)   Manfaat bagi perusahaan atau instansi
1)    Peningkatan produktivitas kerja organisasi sebagai keseluruhan antaralain karena tidak terjadinya pemborosan, karena kecermatan melaksanakantugas, tumbuh suburnya kerjasama antara berbagai satuan kerja yangmelaksanakan kegiatan yang berbeda dan bukan spesialistik, meningkatkantekad menapai sasaran yang telah dittapkankan serta lancarnya koordinasisehingga organisasai bergerak sebagai satu kesatuan yang utuh,
2)     Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan antaralain karena adanya pendelegasian wewenang, interaksi yang didasarkan padasikap dewasa baik secara teknik maupun intelektual, saling menghargai, danadanya kesepatan bagi bawahan untuk berpikir dan bertindak secara inovatif,
3)    Terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepatkarena elibatkan seluruh pegawai yang bertanggungjawan menyelenggarakankegiatan-kegiatan operasional dan tidak sekedar diperintahkan oleh paramanajer,
4)    Meningkatkan kesempatan kerja seluruh tenaga kerja dalam organisasi dalam komitmen organisasional yang lebih tinggi,
5)     Mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui penerapan gaya manajerial partisipatif,
6)    Memperlancar jalannya komunikasi yang efektif yang pada gilirannyamemperlancar proses perumusan kebijaksanan organisasi dan operasionalnya.
7)   Penyelesaian konflik secara fungsional yang dampaknya adalahtumbuh suburnya rasa persatuan dan suasana kekeluargaan dikalangananggota organisasi.
b)   Manfaat bagi para pegawai
1)     Membantu pegawai membuat keputusan lebih baik
2)     Meningkatkan kemampuan para pekerja menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi,
3)     Terjadinya internalisasi dan operasionalisasi faktor-faktor motivasi,
4)   Timbulnya dorongan dalam diri para pekerja untuk terus meningkatkan kemampuan kerjanya,
5)   Peningkatan kemampuan pegawai untuk mengatasi stres, prustasi dan konflik yang nantinya bisa memperbesar rasa percaya pada diri sendiri,
6)   Tersedianya informasi tentang berbagai program yang dapatdimanfaatkan oleh para pegawai dalam rangka pertumbuhan masing-masingsecara teknik maupun intelektual,
7)      Meningkatnya kepuasan kerja,
8)      Semakin besarnya pengakuan atas kemampuan seseorang,
9)      Semakin besarnya tekad pekerja untuk lebih mandiri,
10)  Mengurangi ketakutan menghadapi tugas baru dimasa depan.
Mengacu pada seluruh uraian dari para pakar di atas bisa simpulkan bahwamanfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan program diklat adalah bermanfaatuntuk individu dan juga bermanfaat bagi organisasi untuk mencapai tujuan,karena peningkatan kualitas pegawai berrmanfaat juga kepada peningkatan kinerjaorganisasi secara keseluruhan.

E.                 Jenis-jenis Pelatihan
Secara umum ada dua jenis pelatihan, diantaranya yaitu :
Ø     Pelatihan Internal
Pelatihan secara internal biasanya dapat diterapkan pada aspek-aspek spesifikasi dari pekerjaan. Hal ini juga popular karena menghemat biaya pengiriman para karyawan ke tempat pelatihan dan sering kali menghindari biaya-biaya diluar para pelatih. Sering kali pelatihan tekhnis berbasis keterampilan dapat dilakukan didalam organisasi. Dikarenakan adanya perubahan cepat dalam tekhnologi, pembangunan dan pembaruan keterampilan-keterampilan tekhnis telah menjadi kebutuhan pelatihan yang sangat penting.
Pada pelatihan  ini, organisasi dapat menentukan sendiri materi pelatihan dan dalam batas tertentu memberi masukan untuk metoda pelatihan yang paling cocok. Pelatihan ini bersifat 'private' dalam arti tidak ada peserta pelatihan dari organisasi lain. Keunggulan pelatihan ini adalah memungkinkan transformasi tidak hanya dari materi menjadi pemahaman, tetapi juga dari pemahaman ke relevansi. Karena tidak ada peserta dari organisasi lain, peserta pelatihan dapat secara leluasi membahas kasus-kasus yang spesifik di organisasnya.
Ø      Pelatihan Eksternal
Pelatihan eksternal digunakan secara ekstensif oleh organisasi-organisasi dari berbagai ukuran. Organisasi-organisasi besar menggunakan pelatihan eksternal jika tidak memiliki kapabilitas pelatihan internal yang dibutuhkan atau ketika terdapat banyak karyawan yang harus dilatih.
Alasan terjadinya pelatihan eksternal bias disebabkan oleh :
·         Mungkin akan lebih murah jika sebuah pemberi kerja menggunakan pelatih dari luar untuk melakukan pelatihan dalam area-area dimana sumber-sumber daya pelatihan internal sangat terbatas.
·       Organisasi mungkin tidak mempunyai waktu yang cukup untuk mengembangkan materi pelatihan internal.
·         Staf SDM mungkin tidak mempunyai tingkat keahlian yang diperlukan untuk bahan pelatihan yang diperlukan.
·        Adanya keuntungan dalam interaksi para karyawan dengan manajer dan rekan sekerjadi perusahaan lain dalam pelatihan yang diadakan secara eksternal.
Pelatihan dapat juga dirancang untuk memenuhi sejumlah tujuan berbeda dan dapat diklasifikasikan kedalam berbagai cara. Beberapa pengelompokan yang umum meliputi :
Ø      Pelatihan yang dibutuhkan dan rutin : dilakukan untuk memenuhi brbagai syarat hokum yang diharuskan dan berlaku sebagai pelatihan untuk semua karyawan ( karyawan baru )
Ø     Pelatihan pekerjaan/tekhnis : memungkinkan para karyawan untuk melakukan pekerjaan, tugas, dan tanggungjawab mereka dengan baik ( misalnya : pengetahuan tentang produk, proses dan prosedur tekhnis, dan hubungan pelanggan )
Ø     Pelatihan antar pribadi dan pemecahan masalah : dimaksudkan untuk mengatasi masalah operasional dan antarpribadi serta meningkatkan hubungan dalam pekerjan organisasional ( misalnya : komunikasi antarpribadi)
Ø    Pelatihan perkembangan dan inovatif : menyediakan focus jangka panjang untuk meningkatkan kapabilitas individual dan organisasional untuk masa depan ( misalnya : praktik-praktik bisnis, perkembangan eksekutif, dan perubahan organisasional)

F.                 Metoda-Metoda Pelatihan 

Secara umum, metoda-metoda yang sering digunakan dalam proses pelatihan diantaranya yaitu :

Ø      Reading

Sebagaimana sudah diuraikan, membaca membutuhkan usaha tambahan peserta pelatihan untuk memvisualisasikan apa yang dibaca. Penyerapan materi yang dapat kita harapkan lebih kecil dari 30%. Meski begitu, metoda ini bisa digunakan untuk persiapan pelatihan.

Ø      Lecture style presenation

Lecture style presentation adalah ceramah satu arah. Metoda ini hampir selalu diperlukan dalam pelatihan, dikombinasikan dengan metoda lain. Seorang trainer harus menyadari bahwa metoda ini lebih banyak menggunakan rangsangan audio dengan tingkat penyerapan yang rendah.  Ilustrasi dalam bentuk slide yang merangsang sensor lain dari peserta pelatihan, atau gaya bercerita yang dapat merangsang emosi peserta (untuk topik tertentu) dapat membantu penyerapan yang lebih tinggi.

Ø     Demonstration

Menggunakan rangsangan visula, metoda ini paling banyak digunakan untuk memberi pelatihan terkait pekerjaan fisik; mengoperasikan mesin, menggunakan alat pemadam kebakaran dan lain-lain (ketrampilan psikomotorik) atau membangun 'inter-personal skill' seperti teknik mengaudit, teknik menjawab telpon dan sebagainya.  Metoda ini mengandalkan rangsangan visual.

Ø      Interactive demonstration

Metoda ini adalah demonstration dengan melibatkan peserta pelatihan, meminta mereka melakukan sesuatu atau mempraktekan sesuatu. Daya serap tentu lebih tinggi dari 'hanya demonstration' karena melibatkan efek kinestetik.

Ø      Group discussion

Diskusi untuk melakukan suatu tugas atau menggali ide-ide baru. Metoda ini akan merangsang peserta pelatihan untuk mereproduksi, memikirkan berulang-ulang secara intensif apa yang terkandung dalam materi pelatihan. Metoda ini mempunyai daya serap yang tinggi, selama trainer dapat menjaga keterlibatan dari semua peserta pelatihan. Pembagian peserta pelatihan dalam grup-grup yang tidak terlalu besar (sekitar 5 orang) dapat membantu upaya menjaga keterlibatan peserta.

Ø      Role playing

Role playing dilakukan dengan meminta peserta pelatihan untuk melakukan suatu peranan. Metoda ini tentu menjamin keterlbatan peserta pelatihan dan juga mendayagunakan efek kinestetik/gerakan. Role playing biasanya digunakan untuk mengembangkan kemampuan inter-personal atau kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain. Misalnya, bagaimana melakukan audit (berinteraksi dengan auditee) atau bagaimana melakukan pelayanan kepada pelanggan. Role playing dilakukan dengan terlebih dahulu merancang suatu kondisi yang harus dihadapi.

Ø      Kekuatan Game

Game membangun keterlibatan dan menciptakan efek kinestetis/gerakan dan juga dapat memecahkan ketegangan. Ketiganya sangat membantu dalam meningkatkan penyerapan materi pelatihan ke dalam ingatan peserta pelatihan.  Tentu tidak semua topik pelatihan dapat menggunakan game. Latihan mengoperasikan mesin mungkin tidak perlu game tetapi bila anda ingin menyampaikan sebuah materi yang harus diingat melekat oleh peserta pelatihan, anda perlu memikirkan game-game yang sesuai.
Beberapa contoh game:
1)      Acak kata
Berguna untuk membantu mengingat definisi dan istilah teknis. Trainee diminta untuk menyusun kata yang sudah diacak menjadi suatu definisi.
2)      Perburuan harta karun
Baik untuk pelatihan pengenalan (orientasi, induksi).
Trainee diberi sebuah kata/frase yang dapat mengarahkan mereka ke suatu departemen untuk mencari fakta / berbicara dengan seseorang.
 
G.                Proses Pelatihan
Penerapan proses yang efektif dari pelatihan membutuhkan penggunaan dari sebuah proses pelatihan yang sistematis.

            Bagan diatas menggambarkan empat tahapan dari proses pelatihan : penilaian, perancangan, penyamapaian, dan evaluasi. Penggunaan proses seperti ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya usaha-usaha pelatihan yang tidak terencana, tidak terorganisasi, dan serampangan.
Ø      Pelatihan Membutuhkan Penilaian
Pelatihan dirancang untuk membantu organisasi mencapai tujuan-tujuannya. Oleh sebab itu, penilaian dari kebutuhan pelatihan organisasional mencerminkan tahapan diagnostic dari penentuan tujuan-tujuan pelatihan.
Ø      Rancangan Pelatihan
Setelah tujuan-tujuan pelatihan ditentukan, rancangan pelatihan dapat diselesaikan. Baik secara spesifik menurut pekerjaan atau lebih luas, perhatian harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah dinilai. Rancangan pelatihan yang efektif mempertimbangkan konsep-konsep pembelajaran, masalah hokum, dan pendekatan lain pada pelatihan.
Ø      Penyampaian
Setelah pelatihan dirancang, penyampaian latihan dapat dimulai. Biasanya akan disarankan agar pelatihan tersebut diuji terlebih dulu atau dilaksanakan dalam percobaan dengan tujuan untuk memastikan bahwa pelatihan tersebut memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diidentifikasi dan rancangannya telah sesuai.
Ø      Evaluasi
Evaluasi pelatihan membandingkan hasil-hasil sesudah pelatihan pada tujuan-tujuan yang diharapkan oleh para manajer, pelatih, dan peserta pelatihan. Terlalu sering pelatihan dilakukan dengan sedikit pemikiran untuk mengukur dan mengevaluasinya, untuk melihat seberapa baik hasilnya. Karena pelatihan memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

H.                Potret Suasana Kegiatan Suatu Pelatihan 



                

BAB III
PENUTUP
A.          Simpulan
Dari berbgai uraian diatas, maka penyusun dapat menyimpulkan bahwa :
·         Pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya aparatur, terutama untuk peningkatan profesionalime yang berkaitan dengan, keterampilan administrasi dan keterampilan manajemen (kepemimpinan).
·         Menurut Yeyen Suryani dalam blog nya menjelaskan bahwa, “ Pelatihan adalah Suatu proses dimana para pegawai/karyawan mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi”.
·         Menurut Robert L. Mathis – John H. Jackson dalam bukunya “Human Resource Management” menjelaskan bahwa “ Pelatihan (training) adalah sebuah proses dimana orang mendapatkan kapabilitas untuk membantu pencapaian tujuan-tujuan operasional”.
·          Secara umum ada dua jenis pelatihan : pelatihan internal, dan pelatihan eksternal.
·        Manfaat pelatihan tidak hanya dapat dirasakan oleh peserta pelatihannya saja, tetapi oleh perusahaan tersebut karena kualitas karyawannya lebih baik setelah di berikan pelatihan.
·         Proses pelatihan berisi empat tahap : penilaian, perancangan, penyampaian, dan evaluasi.

B.           Saran
Sangat diperlukan sekali adanya program pelatihan di suatu Organisasi atau Perusahaan karena untuk pengembangan dan peningkatan keterampilan dan tanggung jawab dalam pribadi karyawan itu sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk pencapaian tujuan tersebut maka sebaiknya setiap organisasi / perusahaan harus mengadakan pelatihan kerja, baik itu secara internal maupun eksternal.


DAFTAR PUSTAKA
Materi :
Mathis R.L dan Jackson J.H, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Salemba Empat.
Potret :
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4amp;dn=20080805132633&thn=2009&page=6